Senin, 25 Oktober 2010

pengaruh persepsi kemampuan mengajar guru dan fasilitas belajar terhadap hasil belajar matematika

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rendahnya mutu pendidikan merupakan salah satu masalah yang terus-menerus dicari solusinya. Hal ini disebabkan karena hasil belajar siswa merupakan indikator tinggi rendahnya mutu pendidikan di suatu daerah. Tinggi rendahnya mutu pendidikan berhubungan erat dengan kualitas sumber daya manusia, sedangkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi mutlak dibutuhkan demi kemajuan suatu negara. Rangkaian hubungan tersebut menunjukkan bahwa penting bagi kita memberi perhatian penuh pada hasil belajar siswa.
Kaitannya dengan mata pelajaran, matematika dikenal sebagai mata pelajaran yang relatif rumit dan sulit dipahami oleh siswa, sehingga hasil belajar matematika siswa cenderung lebih rendah dibanding dengan mata pelajaran lain. Kenyataan ini dapat dilihat pada nilai ulangan harian matematika yang diperoleh siswa hanya mencapai rata-rata 58,00 yang masih jauh dari pencapaian ketuntasan belajar yang telah diharapkan bersama pada SMP Negeri 4 kendari. Hal ini cukup memprihatinkan mengingat matematika memiliki obyek yang bersifat abstrak sehingga pemahamannya membutuhkan daya berpikir yang tinggi. Faktor ini mungkin menjadi penyebab rendahnya hasil belajar siswa, namun ada faktor lain yang dapat juga mempengaruhi keberhasilan siswa. Faktor-faktor untuk mencapai suatu hasil belajar yang optimal dari proses pembelajaran seorang siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang timbul dari dalam diri siswa itu sendiri diantaranya keadaan fisik, intelegensi, bakat, persepsi, minat dan perhatian, keadaan emosi serta disiplin. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang timbul dari luar diri siswa diantaranya kemampuan mengajar guru, teman, orang tua, fasilitas belajar dan lain-lain.
Guru dan siswa di SMP Negeri 4 Kendari juga memiliki faktor-faktor tersebut yang mempengaruhi proses belajar dan pembelajaran. Faktor-faktor tersebut yang berkaitan dengan guru adalah kemampuan mengajar guru dan yang berkaitan dengan siswa adalah persepsi siswa tentang kemampuan mengajar guru dan fasilitas belajar di rumah. Kemampuan mengajar guru menyangkut tentang keterampilan dasar mengajar guru diantaranya adalah keterampilan bertanya, keterampilan penguatan, keterampilan membuka dan menutup pelajaran dan lain-lain. SMP Negeri 4 Kendari memiliki 8 orang guru matematika yang memiliki kemampuan mengajar yang berbeda-beda. Berdasarkan observasi, pembelajaran yang terjadi di kelas cenderung menjadikan siswa pasif, hanya melihat dan mendengarkan guru menyampaikan pelajaran dapat membuat siswa menjadi bosan dan tidak tertarik, tidak ada motivasi dari dalam dirinya untuk berusaha memahami apa yang diajarkan guru dan sudah pasti hal ini akan berimbas pada hasil belajarnya. Selain itu juga, proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas guru hanya melakukan penjelasan materi matematika tanpa memperhatikan siswa-siswa yang ribut sehingga siswa tersebut tidak memperhatikan penjelasan guru.
Sebagian siswa di SMP Negeri 4 Kendari kurang simpatik belajar matematika karena kurang memahami penjelasan guru pada saat mengajar di kelas. Tetapi juga, sebagian siswa merasa senang belajar matematika bila diajar oleh guru tertentu, dan mereka terpaksa belajar matematika bila diajar oleh guru matematika yang lainnya. Dari kondisi tersebut, diduga kemampuan mengajar guru khususnya untuk bidang studi matematika ikut berperan terhadap hasil belajar matematika siswa. Sebab dengan kemampuan mengajar yang baik dalam proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik pula, sehingga siswa termotivasi untuk belajar baik di rumah maupun di sekolah. Ketika belajar di rumah maka siswa harus didukung dengan fasilitas yang memadai.
Faktor eksternal yang berkaitan dengan siswa adalah fasilitas belajar yang disediakan di rumah. Kondisi siswa pada umumnya berasal dari keluarga yang mempunyai status ekonomi menengah ke atas. Kondisi tersebut memberikan gambaran bahwa akan terpenuhinya keperluan pendidikan anak-anaknya, termasuk ketersediaan fasilitas belajar yang dibutuhkan. Tentu saja hal ini akan disesuaikan dengan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk keberlangsungan pendidikan tersebut. Dengan demikian, kondisi fasilitas belajar yang dimiliki siswa akan terpenuhi dan dukungan fasilitas akan memberikan kemudahan belajar bagi siswa. Berdasarkan wawancara salah satu siswa bahwa ketika belajar mata pelajaran matematika tidak memiliki buku referensi lain dan hanya mempelajari matematika pada catatan yang diberikan guru di sekolah. Oleh sebab itu, siswa tersebut bingung ketika mengerjakan contoh soal yang tidak sama dengan contoh yang diberikan guru. Dengan demikian kemampuan mengajar guru dan fasilitas belajar sangat penting untuk meningkatkan hasil belajar matematika.
Kenyataan ini mendorong keinginan penulis untuk mengungkapkan lebih lanjut tentang pengaruh kemampuan mengajar guru dan fasilitas belajar terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran matematika dengan judul “Pengaruh Persepsi Kemampuan Mengajar Guru dan Fasilitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika pada Siswa SMP Negeri 4 Kendari.”
B. Identifikasi Masalah
Adanya kecenderungan menurunnya hasil belajar yang dicapai siswa-siswa di segala jenjang pendidikan formal yang ada di indonesia termasuk SMP bukan hanya disebabkan matematika rumit dan kurangnya minat siswa untuk belajar matematika. Akan tetapi, dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi siswa, guru, fasilitas, dan lingkungan belajar. Selain itu juga, persepsi juga mempengaruhi hasil belajar matematika.
Faktor siswa yaitu siswa mengangap bahwa matematika itu sulit untuk dipelajari. Fasilitas belajar yaitu sarana dan prasarana untuk mendukung proses belajar siswa di rumah. Kurangnya fasilitas belajar dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika. Lingkungan belajar yang tidak nyaman dapat menimbulkan siswa tidak betah berada dilingkungan tersebut dan akibatnya siswa malas untuk belajar. Kemampuan mengajar guru sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Kurangnya kemampuan mengajar guru dalam proses pembelajaran dapat menurunkan semangat belajar siswa. Persepsi siswa tentang kemampuan mengajar guru dapat mempengaruhi hasil belajar matematika. Misalnya, siswa malas belajar matematika disebabkan cara mengajar guru sangat membosankan, kurangnya memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar matematika dan lain sebagainya.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut maka penulis membatasi masalah dalam penelitian ini yaitu untuk persepsi kemampuan mengajar guru yang berhubungan dengan tanggapan siswa pada keterampilan dasar mengajar guru yaitu keterampilan bertanya, keterampilan memberikan penguatan, keterampilan variasi stimulus, keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan mengelola kelas, penguasaan bahan pelajaran dan evaluasi yang dilakukan guru matematika. Untuk fasilitas belajar hanya berhubungan dengan tempat belajar, penerangan yang cukup, sumber-sumber belajar, dan kelengkapan peralatan di rumah. Sedangkan hasil belajar hanya menyangkut nilai MID semester genap SMP Negeri 4 Kendari tahun pelajaran 2009/2010.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah persepsi kemampuan mengajar guru, fasilitas belajar dan hasil belajar matematika siswa SMP Negeri 4 Kendari?
2. Apakah ada pengaruh persepsi kemampuan mengajar guru dan fasilitas belajar terhadap hasil belajar matematika siswa SMP Negeri 4 Kendari?
3. Apakah ada pengaruh persepsi kemampuan mengajar guru terhadap hasil belajar matematika siswa SMP Negeri 4 Kendari?
4. Apakah ada pengaruh fasilitas belajar terhadap hasil belajar matematika siswa SMP Negeri 4 Kendari?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui persepsi kemampuan mengajar guru, fasilitas belajar dan hasil belajar matematika siswa SMP Negeri 4 Kendari.
2. Untuk mengetahui ada pengaruh persepsi kemampuan mengajar guru terhadap hasil belajar matematika siswa SMP Negeri 4 Kendari.
3. Untuk mengetahui ada pengaruh fasilitas belajar terhadap hasil belajar matematika siswa SMP Negeri 4 Kendari.
4. Untuk mengetahui ada pengaruh persepsi kemampuan mengajar guru dan fasilitas belajar terhadap hasil belajar matematika siswa SMP Negeri 4 Kendari.



F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai sarana untuk menambah referensi dan bahan kajian dalam khasanah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan dan untuk penelitian lanjutan mengenai pengaruh persepsi kemampuan mengajar guru dan fasilitas belajar yang belum dikaji dalam penelitian ini.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Sebagai bahan informasi bagi SMP Negeri 4 Kendari dalam upaya memberikan sumbangan bagi pihak sekolah dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa dengan memberikan informasi mengenai hasil belajar matematika siswa dilihat dari sudut pandang persepsi kemampuan mengajar guru dan fasilitas belajar.
b. Sebagai bahan masukan bagi guru SMP Negeri 4 Kendari untuk dijadikan informasi mengenai pengaruh persepsi kemampuan mengajar guru dan fasilitas belajar terhadap hasil belajar matematika siswa SMP Negeri 4 Kendari.
c. Sebagai bahan informasi bagi siswa SMP Negeri 4 Kendari dalam upaya memberikan sumbangan bagi siswa dalam usaha meningkatkan hasil belajar matematika dilihat dari sudut pandang persepsi kemampuan mengajar guru dan fasilitas belajar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar Matematika
Gagne dalam Slameto (2003: 13) bahwa belajar merupakan suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku dan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi. Selain itu juga, Ahmadi (2003: 128) bahwa belajar dapat didefenisikan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan pandangan Winaputra (2003: 1.8) bahwa belajar mengacu pada perubahan perilaku individu sebagai akibat dari proses pengalaman baik yang dialami ataupun sengaja dirancang.
Berdasarkan pada beberapa pengertian belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa belajar dapat diartikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Perubahan perilaku dapat dikatakan bahwa peserta didik telah melakukan proses belajar. Terdapat beberapa dalil atau hukum yang dikemukakan Thorndike dalam Ruseffendi (1991: 114) bahwa yang mengakibatkan munculnya stimul respon ini, yaitu hukum kesiapan (law of readiness), hukum latihan (law of exercise) dan hukum akibat (law of effect). Hukum kesiapan menerangkan bagaimana kesiapan seseorang siswa dalam melakukan suatu kegiatan. Hukum latihan pada dasarnya mengungkapkan bahwa stimulus dan respon akan memiliki hubungan satu sama lain secara kuat, jika proses pengulangan sering terjadi. Sedangkan hukum akibat mengemukakan bahwa suatu tindakan akan menimbulkan pengaruh bagi tindakan yang serupa.
Hamalik (2009: 21) bahwa hasil belajar dapat dicapai bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Selanjutnya, sesuai dengan pendapat Sudjana (2008: 22) bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Berdasarkan pengertian hasil belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai setelah seseorang mengadakan suatu kegiatan belajar yang terbentuk karena adanya perubahan dalam diri individu tersebut. Hasil belajar dalam pelajaran matematika yaitu ditandai dengan adanya penguasaan dan pemahaman pelajaran matematika dengan baik.
Menurut Gagne dalam Aisyah (2007: 3.4) bahwa tingkah laku manusia yang sangat bervariasi dan berbeda dihasilkan dari belajar. Kita dapat mengklasifikasikan tingkah laku sedemikian rupa sehingga dapat diambil implikasinya yang bermanfaat dalam proses belajar. Gagne dalam Aisyah (2007: 3.5) mengemukakan bahwa keterampilan-keterampilan yang dapat diamati sebagai hasil-hasil belajar disebut kemampuan-kemampuan atau disebut kapabilitas. Gagne dalam Aisyah (2007: 3.5) mengemukakan 5 macam hasil belajar yaitu tiga bersifat kognitif, satu bersifat afektif dan satu bersifat psikomotor. Gagne dalam Aisyah (2007: 3.6-3.7) membagi hasil belajar menjadi lima kategori kapabilitas yaitu (a) informasi verbal merupakan kemampuan untuk mengkomunikasikan secara lisan pengetahuannya tentang fakta-fakta (b) keterampilan intelektual merupakan kemampuan untuk dapat menguasai konsep, aturan, dan memecahkan masalah, (c) strategi kognitif merupakan kemampuan untuk mengembangkan proses berpikir dengan cara merekam, membuat analisis dan sintesis, (d) sikap adalah kecenderungan untuk merespon secara tepat terhadap stimulus atas penilaian terhadap stimulus tersebut, dan (e) keterampilan motorik, untuk mengetahui seseorang memiliki kapabilitas keterampilan motorik, kita dapat melihatnya dari segi kecepatan, ketepatan, dan kelancaran gerakan otot-otot, serta anggota badan yang diperlihatkan orang tersebut.
Kapabilitas tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang menghambat hasil belajar peserta didik tersebut. Menurut Muhibin Syah (2004:152) bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu:
1. Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor yang berada pada diri peserta didik itu sendiri yang dapat berupa, faktor fisiologis atau keadaan fisik dan faktor psikologis.
a. Aspek fisiologis
Kondisi jasmani dan tonus (tegangan otot) yang memadai organ-organ tubuh dan sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Untuk mempertahankan tonus, jasmani agar tetap bugar siswa dianjurkan mengkonsumsi minuman yang bergizi. Selain itu juga siswa dianjurkan memilih pola istirahat dan olahraga ringan.
b. Aspek psikologis
Psikologis termasuk aspek yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan pembelajaran siswa. Diantara beberapa faktor-faktor psikologis, faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial diantaranya adalah tingkat kecerdasan atau intelegensi, sikap, bakat, minat, motivasi dan persepsi (tanggapan) yang dimiliki oleh siswa.
2. Faktor eksternal siswa
Faktor eksternal adalah kondisi lingkungan disekitar siswa yang terdiri dari lingkungan sosial dan non sosial.
a. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial siswa yang terdiri dari para guru, staf administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik serta memperlihatkan suri teladan yang baik khususnya dalam hal belajar.
b. Lingkungan non sosial
Faktor yang termasuk lingkungan non sosial siswa adalah gedung sekolah, letaknya rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letak alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan para siswa. Hal tersebut mempengaruhi prestasi yang diperoleh siswa.
B. Persepsi Kemampuan Mengajar Guru
1. Persepsi
Dalam memandang sesuatu objek atau peristiwa yang sama, pengertian yang ditangkap oleh seseorang berbeda dengan yang lainnya karena persepsi antara keduanya pada peristiwa tersebut berbeda. Perbedaan persepsi antara dua orang atau lebih terhadap suatu objek atau peristiwa yang sama disebabkan cara mengamati dan mendengar dengan panca indranya dimana cara mengamati dan mendengar itu sangat tergantung pada perhatian, kepekaan melihat, mendengar, pengalaman-pengalaman pemahaman serta sikap dan minatnya masing-masing. Hal ini sejalan dengan pendapat Rakhmat (2007: 51) bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Selain itu juga, Slameto (2003: 102) bahwa persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa pada dasarnya mengarah pada kemampuan seorang siswa dalam memberikan tanggapan terhadap informasi atau pesan tentang suatu objek atau peristiwa melalui indera penglihatan dan indera pendengaran. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa inti dari persepsi adalah tanggapan. Tanggapan itu sendiri dapat diartikan sebagai penerimaan sesuatu dengan panca indera.
Salmeto (2003: 103-105) bahwa pengertian persepsi terdapat 5 prinsip dasar yang perlu diperhatikan yaitu:
a. Persepsi itu relatif bukannya absolut, artinya manusia bukanlah instrumen ilmiah yang mampu menyerap segala sesuatu persis dengan keadaan sebenarnya.
b. Persepsi itu selektif, artinya seseorang hanya memperhatikan beberapa rangsangan saja dari banyak rangsangan yang ada di sekelilingnya pada saat tertentu.
c. Persepsi itu mempunyai tatanan, artinya orang menerima rangsangan tidak dengan cara sembarangan tetapi menerimanya dalam bentuk hubungan-hubungan atau kelompok-kelompok.
d. Persepsi dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan (penerima rangsangan), artinya harapan dan kesiapan pesan akan menentukan pesan mana yang akan dipilih untuk diterima, selanjutnya bagaimana pesan yang dipilih itu akan ditata dan demikian pula bagaimana pesan tersebut akan diinterprestasi.
e. Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama.
2. Kemampuan Mengajar Guru
Dalam proses pembelajaran dalam kelas, guru merupakan ujung tombak yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa, karena guru merupakan orang yang berhadapan langsung dengan siswa. Salah satu faktor yang mempengaruhi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa adalah kemampuan guru.
Guru yang memiliki kemampuan tinggi akan bersikap kreatif dan inovatif yang selamanya akan mencoba dan mencoba menerapkan berbagai penemuan baru yang dianggap lebih baik untuk membelajarkan siswa. Menurut Sanjaya (2006: 143) bahwa kemampuan dalam proses pembelajaran berhubungan erat dengan bagaimana cara guru mengimplementasikan perencanaan pembelajaran, yang mencakup kemampuan menerapkan keterampilan dasar mengajar.
Sanjaya (2006: 33-47) bahwa keterampilan dasar mengajar bagi guru adalah sebagai berikut:
• Keterampilan Bertanya
Keterampilan bertanya sangat perlu untuk dikuasai oleh guru, karena hampir dalam setiap tahap pembelajaran guru dituntut untuk mengajukan pertanyaan, dan kualitas pertanyaan yang diajukan guru akan menentukan kualitas jawaban peserta didik.
• Memberi Penguatan (Reinforcement)
Penguatan merupakan respon terhadap suatu perilaku yang dapat menimbulkan kemungkinan terulangnya kembali perilaku tersebut. Penguatan dapat dilakukan secara verbal berupa kata-kata dan kalimat pujian dan secara non verbal yang dilakukan dengan gerakan mendekati peserta didik dan kegiatan yang menyenangkan. Penguatan bertujuan untuk meningkatkan perhatian peserta didik terhadap pembelajaran, merangsang dan meningkatkan motivasi belajar dan membina perilaku yang produktif.
• Mengadakan Variasi
Mengadakan variasi merupakan keterampilan yang harus dikuasai guru dalam pembelajaran untuk mengatasi kebosanan peserta didik, agar selalu antusias, tekun, dan penuh partisipasi. Variasi dalam kegiatan pembelajaran meliputi variasi dalam gaya mengajar misalnya variasi suara, gerakan badan dan mimik, mengubah posisi, dan mengadakan kontak pandang dengan peserta didik, variasi dalam penggunaan media dan sumber belajar misalnya variasi alat dan bahan yang dapat dilihat, penggunaan sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar, dan variasi dalam pola interaksi misalnya dalam mengelompokkan peserta didik, tempat kegiatan pembelajaran, dan dalam pengorganisasian pesan (deduktif dan induktif).
• Membuka dan Menutup Pelajaran
Membuka dan menutup pelajaran yang dilakukan secara profesional akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan pembelajaran. Membuka pelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan kesiapan mental dan menarik perhatian peserta didik secara optimal, agar mereka memusatkan diri sepenuhnya pada pelajaran yang akan disajikan.
Menutup pelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui pencapai tujuan dan pemahaman peserta didik terhadap materi yang dipelajari serta mengakhiri kegiatan pembelajaran. Untuk menutup pelajaran kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan adalah menarik kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari (kesimpulan) bisa dilakukan oleh guru, oleh peserta didik, atau permintaan guru, atau oleh peserta didik bersama guru), mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengukur tingkat pencapaian tujuan dan keefektifan pembelajaran yang telah dilaksanakan, menyampaikan bahan-bahan pendalaman yang harus dipelajari dan tugas-tugas yang harus dikerjakan (baik tugas individu maupun tugas kelompok) sesuai dengan materi yang telah dipelajari, dan memberikan post tes baik secara lisan, tulisan, maupun perbuatan.
• Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas adalah kehangatan dan keantusiasan, tantangan, bervariasi, luwes, penekanan pada hal-hal positif, dan penanaman disiplin diri.
Menurut Sutadipura (1982: 63) bahwa ciri mengajar yang baik apabila penguasaan bahan pelajaran dan mengadakan evalusi. Penguasaan bahan pelajaran yaitu dengan memberi keterangan yang jelas dan biasanya dapat menjawab pertanyaan siswa dengan baik. Evalusi dengan memberikan ulangan singkat yang teratur dan sering, item test tidak meluluh mengenai fakta saja dan lain sebagainya.
3. Hubungan persepsi kemampuan mengajar guru dengan hasil belajar matematika
Belajar adalah suatu proses yang terus menerus untuk memecahkan masalah bagi anak-anak, orang dewasa maupun orang tua. Oleh sebab itu pada saat melaksanakan pengajaran sebaiknya memperhatikan tanggapan siswa tentang pelajaran yang diberikan.
Dengan menerima tanggapan siswa sebagai masukan yang berharga menjadikan semangat kemandiriannya semakin besar. Hal ini akan menambah semangat siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya, sehingga apabila tingkat keberhasilan siswa tercapai maka siswa tersebut merasa puas dengan memberi pujian pada dirinya sendiri. Hal ini sesuai dengan Suryadi (1983: 73) bahwa dari sekian banyak pengalaman di sekolah baik terhadap bidang studi tertentu maupun dari keseluruhan obyek yang ada, lama kelamaan akan terbentuk perasaaan senang atau tidak senang terhadap obyek itu apabila timbul rasa tidak puas, rasa gembira, merasa tertarik dan sebagainya.
C. Fasilitas Belajar
Menurut Sardiman (2001: 6) bahwa fasilitas belajar adalah untuk dapat mempermudah dan melancarkan hasil yang dicapai. Sudjana (2002: 37) berpendapat bahwa fasilitas belajar merupakan bagian dari sarana belajar yang termasuk dalam variabel lingkungan. Oleh karena itu, ketersediaan fasilitas belajar ini dapat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.
Dari pendapat tersebut dapat diambil pengertian bahwa fasilitas belajar merupakan segala sesuatu yang digunakan untuk membantu mempermudah dalam kegiatan belajar di rumah. Fasilitas belajar dapat berupa barang atau benda, perlengkapan maupun uang.
Kelengkapan fasilitas belajar di rumah sangat diperlukan oleh siswa untuk belajar, misalnya: sarana belajar yang meliputi meja, kursi, lemari/rak buku, ruangan alat-alat tulis dan gambar serta penerangan. Menurut Slameto (2003: 76) bahwa penerangan yang dipakai dalam melakukan kegiatan belajar di rumah diperlukan penerangan yang cukup terang, tidak gelap sehingga dapat mengganggu mata. Bila siang hari penerangan dalam belajar tidak menjadi kendala karena mendapatkan penerangan dari cahaya matahari, sedangkan untuk belajar malam hari pada ruangan tertutup. Maka diperlukan penerangan yang tidak mengganggu kesehatan mata bagi siswa yang sedang belajar. Sarana belajar juga merupakan masalah yang penting dan juga sangat besar pengaruhnya dalam proses belajar mengajar. Secara garis besar fasilitas belajar yang seharusnya dimiliki oleh siswa di rumah antara lain:
1. Benda yang berhubungan dengan keperluan belajar misalnya meja belajar, ruang belajar, penerangan dalam belajar, buku-buku acuan, buku untuk mencatat, mistar, pena, kalkulator, pensil, tas, dan penghapus.
2. Benda yang dilihat dan disentuh berdasarkan kontak dengan lingkungan kehidupan siswa antara lain dengan melihat dan mendengar, merasakan benda yang berbunyi, benda yang mengalami pemanasan dan pendinginan.
Upaya orang tua untuk mendorong semangat belajar siswa sangatlah diperlukan. Dalam hal ini orang tua kiranya dapat melengkapi sarana dan fasilitas belajar siswa, sebab akan membantu siswa dalam proses belajar. Kelengkapan fasilitas belajar akan membantu siswa dalam belajar, dan kurangnya alat-alat atau fasilitas belajar akan menghambat kemajuan belajarnya. Menurut Slameto (2003: 76) bahwa untuk dapat belajar yang efektif diperlukan lingkungan fisik yang baik dan teratur. Lingkungan fisik tersebut berkaitan erat dengan penyediaan fasilitas belajar bagi siswa, misalnya:
1. Ruang belajar harus bersih, tak ada bau-bauan yang menganggu konsentrasi pikiran;
2. Ruangan cukup terang, tidak gelap yang dapat mengganggu mata;
3. Cukup sarana yang diperlukan untuk belajar, misalnya alat pelajaran, buku-buku, dan sebagainya.
Pendapat yang senada juga dikemukakan oleh Ahmadi (2003: 131) bahwa untuk mewujudkan konsentrasi belajar agar siswa dapat prestasi dalam belajarnya sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, dan iklim. Djamarah (2002: 208) mengungkapkan kesulitan siswa dalam belajar dapat disebabkan siswa tidak mempunyai tempat belajar yang di rumah.
Dari beberapa pendapat tersebut, nyatalah bahwa kelengkapan fasilitas belajar siswa di rumah sangat dibutuhkan dalam menciptakan konsentrasi belajar siswa yang nantinya akan berpengaruh pula terhadap pencapaian hasil belajar.
Hubungan Fasilitas Belajar dengan Hasil Belajar Matematika
Seorang siswa kemungkinan tidak akan memperoleh hasil yang baik, jika alat-alat belajar yang digunakan tidak lengkap sehingga dapat menyebabkan keadaan dimana siswa akan menjadi malas dalam belajar dan mengahalanginya untuk belajar lebih baik. Selain itu, anak tidak akan belajar dengan sungguh-sungguh jika penyediaan buku-buku yang diperlukan tidak lengkap. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto (2003: 66) bahwa anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya misalnya makanan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain-lain juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, alat tulis menulis, buku dan lain-lain.
Dalam uraian tersebut, jelaslah bahwa sekian banyak faktor yang mempengaruhi cara belajar siswa merupakan salah satu faktor tersebut. Fasilitas belajar yang cukup memungkinkan memberikan kesempatan luas bagi siswa untuk melakukan kegiatan yang teratur dan akan menimbulkan suasana yang menyenangkan dan menggairahkan bagi siswa yang sedang belajar.
D. Kerangka Berpikir
Dalam pendidikan sekolah, berhasilnya pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa dan proses pengajaran yang dilakukan oleh guru dalam memberikan materi pelajaran matematika. Proses belajar seorang siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Agar hasil belajar yang baik dapat tercapai maka harus diupayakan seluruh faktor yang ada dapat mendukung proses belajar seorang siswa. Demikian pula halnya dengan proses belajar matematika. Kemampuan mengajar guru yang kurang profesional dapat menyebabkan kurangnya minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika.
Kemampuan mengajar guru memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Apabila seorang guru dalam pengajaran berpedoman pada dimensi-dimensi mengajar yang baik maka akan menimbulkan persepsi yang baik dari siswa, sehingga guru berhasil mengajar siswanya karena menimbulkan kesan yang baik dari siswa. Dengan adanya kesan yang baik dari siswa terhadap kemampuan mengajar guru, maka semakin baik pula kesan dan ingatan siswa terhadap peristiwa-peristiwa dalam pembelajarannya. Dengan demikian, persepsi kemampuan mengajar guru mempunyai hubungan yang positif dengan hasil belajar matematika. Semakin baik persepsi kemampuan mengajar guru maka semakin baik pula hasil belajar siswa. Sebaliknya, semakin buruk persepsi kemampuan mengajar guru maka semakin buruk pula hasil belajar matematika.
Fasilitas belajar adalah segala sesuatu baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mendukung hasil belajar siswa. Fasilitas belajar yang memadai akan mempermudah proses belajar siswa sehingga hasil belajar dapat meningkat. Sebaliknya, Fasilitas belajar yang kurang memadai akan mempersulit proses belajar siswa sehingga hasil belajar dapat menurun. Jadi, fasilitas belajar merupakan faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar matematika siswa.
E. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil-hasil penelitian yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh Rusdin (1989: 45) bahwa persepsi kemampuan mengajar guru berpengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran matematika sebesar 55% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (1989: 43) bahwa kemampuan berpikir divergen dan persepsi tentang efektifitas pengajaran guru berpengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar matematika siswa sebesar 9,2% dan sisanya dipengaruhi faktor lain. Sedangkan Penelitian yang dilakukan oleh Mardiana (2003: 27) bahwa fasilitas belajar berpengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar matematika sebesar 8,2% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.
F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ada pengaruh yang signifikan persepsi kemampuan mengajar guru (X1) dan fasilitas belajar (X2) terhadap hasil belajar matematika (Y) pada siswa SMP Negeri 4 Kendari.
Dengan rumusan statistik sebagai berikut:
• (tidak ada pengaruh yang signifikan persepsi kemampuan mengajar guru (X1) dan fasilitas belajar (X2) terhadap hasil belajar matematika (Y) pada siswa SMP Negeri 4 Kendari)
• ada tidak sama dengan nol, di mana i = 1,2 (ada pengaruh yang signifikan persepsi kemampuan mengajar guru (X1) dan fasilitas belajar (X2) terhadap hasil belajar matematika (Y) pada siswa SMP Negeri 4 Kendari)
2. Ada pengaruh yang signifikan persepsi kemampuan mengajar guru (X1) terhadap hasil belajar matematika (Y) pada siswa SMP Negeri 4 Kendari.
Dengan rumusan statistik sebagai berikut:
• (tidak ada pengaruh yang signifikan persepsi kemampuan mengajar guru (X1) terhadap hasil belajar matematika (Y) pada siswa SMP Negeri 4 Kendari)
• (ada pengaruh yang signifikan persepsi kemampuan mengajar guru (X1) terhadap hasil belajar matematika (Y) pada siswa SMP Negeri 4 Kendari)
3. Ada pengaruh yang signifikan fasilitas belajar (X2) terhadap hasil belajar matematika (Y) pada siswa SMP Negeri 4 Kendari.
Dengan rumusan statistik sebagai berikut:
• (tidak ada pengaruh yang signifikan fasilitas belajar (X2) terhadap hasil belajar matematika (Y) pada siswa SMP Negeri 4 Kendari)
• (ada pengaruh yang signifikan fasilitas belajar (X2) terhadap hasil belajar matematika (Y) pada siswa SMP Negeri 4 Kendari)







BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Menurut Sugiyono (2009: 43) bahwa rancangan penelitian adalah rencana dan struktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti akan memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya. Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka metode dan jenis penelitian ini menggunakan penelitian Ex-Post Facto atau pengukuran sesudah kejadian dan deskriptif korelasional.
Metode ini dipergunakan karena penelitian ini berusaha untuk menemukan ada tidaknya pengaruh persepsi kemampuan mengajar guru dan fasilitas belajar terhadap hasil belajar matematika siswa SMP Negeri 4 Kendari. Deskriptif korelasional dipandang sesuai dengan penelitian ini karena bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang variabel yang diteliti dan bersifat korelasi karena penelitian ini bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan itu (Arikunto, 1988: 215). Variabel dalam penelitian ini adalah persepsi kemampuan mengajar guru dan fasilitas belajar sebagai variabel bebas (X) terhadap hasil belajar matematika sebagai variabel terikat (Y), hubungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:





B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2009/2010 di SMP Negeri 4 Kendari.
C. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SMP Negeri 4 Kendari dengan jumlah siswa 666 orang (siswa kelas VII dan VIII) yang dapat dilihat pada tabel 1. Siswa kelas IX tidak termasuk dalam populasi karena siswanya akan menghadapi Ujian Akhir Nasional (UAN) dan Ujian Akhir Sekolah (UAS).
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik cluster sampling (area sampling) dengan mengambil sampel sebesar 30% dari jumlah siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (1988: 121) bahwa jumlah populasi yang lebih dari 100 dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih tergantung setidak-tidaknya dari: 1. kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana, 2. sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data, dan 3. besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Sampel dalam penelitian ini sebesar 200 orang dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Populasi dan Sampel penelitian Siswa SMP Negeri 4 Kendari
No. Kelas Jumlah Siswa (Populasi) Sampel (30%)
1 VII 330 99
2 VIII 336 101
Jumlah 666 200

D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) dengan uraian sebagai berikut :
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah persepsi kemampuan mengajar guru (X1) dan fasilitas belajar (X2).
2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika (Y).
E. Dafenisi Operasional Variabel
1. Hasil belajar matematika yang dimaksud adalah hasil yang diperoleh siswa dalam bidang studi matematika pada kurung waktu tertentu dimana berupa skor MID matematika dengan menggunakan tes yang dibuat guru pada semester II tahun pelajaran 2009/2010.
2. Persepsi kemampuan mengajar guru merupakan tanggapan siswa terhadap kesanggupan atau daya yang dimiliki oleh seorang pengajar untuk melakukan suatu tindakan mengajar yang diukur melalui: keterampilan bertanya, keterampilan memberikan penguatan, keterampilan variasi stimulus, keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan mengelola kelas, penguasaan bahan pelajaran dan evaluasi.
3. Fasilitas belajar merupakan segala sesuatu yang mendukung baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kelancaran proses belajar matematika di rumah yang diukur melalui: tempat belajar, penerangan yang cukup, sumber-sumber belajar, dan kelengkapan peralatan.
F. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data variabel bebas (X) yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan instrumen sebagai berikut:
1. Angket untuk menyatakan persepsi kemampuan mengajar guru pada mata pelajaran matematika dengan menggunakan skala likert.
2. Angket untuk menyatakan fasilitas belajar pada mata pelajaran matematika dengan menggunakan skala likert.
Sebelum dilakukan penelitian pada siswa SMP Negeri 4 Kendari akan dilakukan uji coba pada SMP Negeri 10 Kendari. Pada tahap uji coba ini, soal-soal yang tidak valid akan dihilangkan dan kemudian soal yang valid diteskan pada siswa SMP Negeri 4 Kendari.
Dari hasil uji coba kemudian diuji validitasnya, dengan menggunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson yaitu:
(Arikunto, 2008: 65)
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
N = jumlah responden
X = skor item
Y = skor total
Kriteria: rhitung < rtabel, maka butir instrumen dapat dikatakan tidak valid
rhitung ≥ rtabel, maka dikatakan bahwa instrumen valid
Validitas butir angket persepsi kemampuan mengajar guru bidang studi matematika ada 30 item yang valid yaitu item 1, 8, 9, 10, 12, 15, 17, 19, 20, 21, 23, 24, 25, 29, 30, 32, 33, 34, 36, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 48 dan 49 (Lampiran 6.1 hal. 85 & 86) dan validitas butir angket fasilitas belajar ada 27 item yang valid yaitu item 1, 2, 5, 6, 10, 11, 14, 16, 17, 19, 23, 24, 25, 27, 29, 31, 33, 35, 36, 38, 42, 43, 45, 46, 47, 48 dan 50 (Lampiran 6.2 hal. 87 & 88).
Reliabilitas dari angket persepsi kemampuan mengajar guru dan fasilitas belajar digunakan rumus Alpha sebagai berikut:
(Arikunto, 2008: 109)
di mana:
rit = reliabilitas instrumen
n = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
Σ = jumlah varians butir
= varians total
Setelah diperoleh nilai rit diinterprestasikan dengan kriteria dalam Arikunto (2008: 75) adalah sebagai berikut:
0,81 – 1,00 : sangat tinggi
0,61 – 0,80 : tinggi
0,40 – 0,60 : cukup
0,21 – 0,40 : rendah
0,00 – 0,20 : sangat rendah
Dari hasil pengolahan data untuk angket persepsi kemampuan mengajar guru dan fasilitas belajar memiliki reliabilitas yang masing-masing adalah 0,840 (Lampiran 6.1 hal. 86) dan 0,818 (Lampiran 6.2 hal. 88). Berdasarkan kriteria tersebut, reliabilitas kedua angket tersebut dalam kategori tinggi.
Alternatif pemberian skor untuk setiap item diberi bobot nilai sebagai berikut: untuk pernyataan yang sifatnya positif jawaban selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah berturut-turut 4, 3, 2, 1 dan untuk pernyataan negatif skor jawaban selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah berturut-turut 1, 2, 3, 4.
G. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini untuk memperoleh data-data yang sesuai tujuan penelitian menggunakan teknik pengumpulan data dengan metode angket dan dokumentasi yaitu sebagai berikut:


1. Metode Angket
Menurut Arikunto (2008: 140) bahwa angket (kuesioner) adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi atau hal-hal yang diketahui. Angket digunakan untuk menggali data tentang persepsi kemampuan mengajar guru dan fasilitas belajar pada siswa. Dalam penelitian ini digunakan angket tertutup dimana angket dibuat dengan dilengkapi petunjuk pengisian dan masing-masing soal akan diberi empat alternatif jawaban.
2. Metode Dokumentasi
Menurut Arikunto (2008: 141) bahwa metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa benda-benda tertulis yang berupa buku-buku, majalah-majalah, peraturan-peraturan, notulen, dan sebagainya. Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mencari tahu tentang nilai MID semester II SMP Negeri 4 Kendari tahun pelajaran 2009/2010.
H. Teknik Analisis Data
1. Analisis Deskriptif
Untuk keperluan analisis deskriptif persepsi kemampuan mengajar guru dan fasilitas belajar siswa digunakan pedoman dalam Sudijono (1996: 451) sebagai berikut:


Y > + 1,5 SD : Sangat tinggi
+ 0,5SD < Y + 1,5SD : Tinggi
- 0,5SD < Y + 0,5SD : Sedang
- 1,5SD < Y - 1,5SD : Rendah
Y - 1,5 SD : Sangat rendah
Untuk pengkategorian variabel hasil belajar matematika (Y) dalam Purwanto (1991: 103) adalah sebagai berikut:
86 – 100 : Sangat Tinggi
76 – 85 : Tinggi
60 – 75 : Sedang
55 - 59 : Rendah
0 – 54 : Sangat Rendah
2. Analisis Inferensial
Analisis Inferensial yaitu dilakukan analisis regresi berganda. Analisis regresi ini dilakukan untuk membuat model matematika yang menunjukkan hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat.
Sebelum dilakukan analisis regresi berganda, dilakukan uji persyaratan analisis regresi sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang diteliti berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Untuk keperluan ini maka uji statistik yang digunakan adalah uji Kolmogorov –Smirnov. Langkah-lankah yang diperlukan adalah:
1) Data hasil pengamatan disusun mulai skor pengamatan terkecil sampai skor pengamatan terbesar.
2) Data skor pengamatan tersebut kemudian disusun distribusi frekuensi kumulatif relatif dan dinotasikan dengan Fa (Y).
3) Menghitung nilai Z dengan rumus: Z = , dimana adalah mean dan adalah standar deviasi.
4) Menghitung distribusi frekuensi kumulatif teoritis (berdasarakan arah kurva normal) dinotasikan dengan Fe(Y).
5) Menghitung selisih antara Fa (Y) dengan Fe (Y).
6) Mengetahui angka selisih maksimum dan dinotasikan dengan D.
D = Maks (Sugiyono, 2007: 64)
7) Bandingkan nilai D yang diperoleh dengan nilai (tabel nilai D untuk uji Kolmogorov-Smirnov).
Kriteria pengambilan keputusan adalah:
Berdistribusi normal apabila D dan Berdistribusi tidak normal apabila D> .
Atau jika nilai signifikansi maka data berdistribusi normal dan nilai signifikansi < maka data tidak berdistribusi normal

b. Uji Multikolinearitas
Adanya korelasi yang tinggi antar variabel prediktor dinamakan multikolinieritas. Jika kasus ini terjadi dalam regresi linier, maka variabilitas bi akan tidak efisien (overweight). Untuk melihat adanya multikolinieritas dapat digunakan VIF (Variance Inflation Factor) dengan rumus sebagai berikut :

Rj2 adalah koefisien determinasi ganda dari variabel bebas Xj dengan semua variabel selain X. Jika satu set variabel bebas adalah tidak berkorelasi, maka VIF sama dengan 1. Jika satu set variabel bebas tersebut berkorelasi dengan tingkat yang tinggi, maka VIF bisa melebihi 10 dan sebaliknya. Jika VIF lebih dari 10, maka multikolinearitas adalah sebuah masalah (Hines & Douglas, 1990: 489).
c. Uji kelinieran Regresi dan Keberartian Regresi Linier
Analisis regresi melalui menghitung nilai F dengan bantuan tabel analisis varians dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Analisis Varians untuk uji kelinieran regresi
Sumber Varians Dk Jk KT F
Total N


Regresi (a) 1


Regresi (b/a)
Residu 1
n-2 JKreg = JK (b/a)
JKres=




dimana:


JK(b/a) =
JK(TC) = JKres – JK(E)
JK(E) =
Dari tabel analisis varians, hasil yang didapatkan F = untuk uji keberatian regresi (Sudjana, 2003: 332).
Langkah-langkah yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Menentukan persamaan regresi ganda
Analisis regresi linier berganda memberikan kemudahan bagi pengguna untuk memasukkan lebih dari satu variabel prediktor hingga p-variabel prediktor dimana banyaknya p kurang dari jumlah observasi (n). Sehingga model regresi dapat ditunjukkan sebagai berikut:
(Pujiati, 2008: 3)
dimana: untuk i = 0,1,2,...,p adalah koefisien regresi
X1,X2, ..., XP adalah nilai variabel independen
adalah suatu variabel random yang berdistribusi normal dengan nilai rata-rata nol (rata-rata ) dan mempunyai varians V
Karena model diduga dari sampel, maka secara umum ditunjukkan sebagai berikut:

+....+ bpXp (Pujiati, 2008: 3)
dimana:
= nilai estimasi Y
a = nilai Y pada perpotongan antara garis linier dengan sumbu vertikal Y
b1,b2 ... bp = slope yang berhubungan dengan variabel X1 dan X2
b. Pengujian Hipotesis
1) Pengujian hipotesis 1
Untuk menguji hipotesis 1 digunakan analisis regresi linear ganda. Model regresi dapat ditunjukkan sebagai berikut: . Karena model diduga dari sampel, maka secara umum ditunjukkan yaitu . Pengujian hipotesis dalam analisis regresi linear ganda digunakan statistik uji F yang diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
F = (Sugiyono, 2009: 223)


Keterangan:
F = harga F garis regresi
R2 = Koefisien determinasi ganda
k = jumlah variabel prediktor
n = jumlah responden
l = angka konstan
Kaidah pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
(1) Jika nilai Fhitung ≥ Ftabel pada maka H0 ditolak
(2) Jika nilai Fhitung < Ftabel pada maka H0 diterima
Besaran X1 dan X2 secara bersama-sama terhadap Y adalah sebagai berikut:
(Sudjana, 2003: 383)
2) Pengujian Hipotesis 2 dan 3
Untuk menguji hipotesisis 2 dan 3 digunakan analisis regresi linear sederhana. Model regresi yaitu untuk i =1,2. Karena model diduga dari sampel, maka secara umum ditunjukkan untuk i = 1,2.
i = 1, 2 (Sudjana, 2003: 388)
dimana: bi = koefisien ke-i
S(bi) = kesalahan standar bi
Kaidah pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
(1) Tolak Ho, jika thitung ≥ ttabel pada
(2) Terima Ho, jika thitung < ttabel pada
Besaran pengaruh X1 terhadap Y dan pengaruh X2 terhadap Y masing-masing digunakan rumus sebagai berikut:

(Sudjana, 2003: 386)
Besarnya kontribusi dapat dilihat dari nilai kuadrat dari koefisien parsial tersebut. Untuk membantu proses pengolahan data secara cepat dan tepat, maka pengolahan data dilakukan melalui program SPSS 15.0 for Windows Evaluation Version dan Microsoft Office Excel 2003.

4 komentar: